Selasa, 15 Oktober 2019

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II PERCOBAAN 6 “ SKRINNING FITOKIMIA SENYAWA BAHAN ALAM”



JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN  6
“ SKRINNING FITOKIMIA SENYAWA BAHAN ALAM”

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigWYCYfADDMT9twKednF_SDNEVTSlasJJS9gCuEkhpKMCyW5PU9lS5l-sBt0lrBRc5m7k02zCu0HpTctpfJsY92iFbmUxiNgqTd0ztM9qaqktAgrJTT-FDph3nzFhX1LqM8FOI5P3uqmx3/s200/LAMBANG-UNJA-EMBOSE-baru-copy.png


DISUSUN OLEH :
WULAN SARI BAKARA
(RSA1C117008)


DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL , M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019


PERCOBAAN 6

I. Judul                  : Skrinning Fitokimia Senyawa Bahan Alam
II. Hari/Tanggal   : Rabu/16 Oktober 2019
III. Tujuan            : Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah :
1.    Dapat mengenal dan memahami teknik-teknik skrinning fitokimia bahan alam.
2.    Dapat mengetahui jenis-jenis pereaksi yang digunakan dalam skrinning fitokimia bahan alam.
3.    Dapat melakukan skrinning fitokimia bahan alam dari suatu simplisia tumbuhan.
IV. Landasan Teori
Kandungan kimia yang terdapat dalam makhluk hidup berdasarkan pada cara terbentuk dan fungsinya dapat dikelompokkan atas 2 kelompok besar, yaitu: 1) metabolit primer yang merupakan senyawa organik yang terlibat dalam proses metabolisme makhluk hidup tersebut seperti karbohidrat, lipid, protein, dan asam-asam amino. 2) metabolit sekunder yang merupakan hasil samping proses metabolisme alkanioda, steroida, flafonoida, fenolik, kumarin, koinon, saponin, tannin, lignan, dan glikosida, yang dikenal juga sebagai kimia bahan alam (natural product chemistry)
  Menurut Farnsworth (1996), skrinning adalah suatu pemeriksaan kimia secara kualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif biologis (metabolit sekunder/bahan alam) yang terdapat dalam simplisia tumbuhan atau makhluk hidup lainnya. Karena pada umumnya yang merupakan senyawa aktif tersebut adalah senyawa-senyawa organic, maka pemeriksaan skrinning fotokimia terutama ditujukan terhadap golongan senyawa-senyawa organik seperti : alkaloid, steroid/terpenoid, flavonoid, fenolik, kumarin, kuinon, saponin, tannin, lignin, glikosida, dan sebagainya. Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada makhluk hidup berdasarkan cara terbentuk dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.    Metabolit primer, merupakan senyawa organic yang terlibat dalam proses metabolisme dalam makhluk hidup seperti karbohidrat, lipid, protein, dan asam amino.
2.    Metabolit sekunder, merupakan hasil samping proses metabolisme seperti alkaloida, steroida/terpenoida, flavonoida, fenolik, kumarin, kuinon, saponin, tanin, lignin, dan glikosida yang dikenal sebagai kimia bahan alam.
Pereaksi yang digunakan dalam skrinning fotokimia guna mengidentifikasi terhadap masing-masing jenis metabolit sekunder tersebut dilakukan dengan menggunakan larutan-larutan pereaksi untuk alkaloida yaitu pereaksi wagner, pereaksi meyer dan dragendorf. Untuk jenis steroid dan terpenoid dapat digunakan pereaksi Liebermann Buchard, sedangkan untuk identifikasi flavonoid dapat digunakan pereaksi shinoda dan larutan NaOH 10% (Tim Kimia Organik II, 2015). 
Skrinning fitokimia ialah  tahap awal dalam satu penelitian fitokimia yang bertujuan untukmemberikan gambaran tentang golongan senyawa yang biasanya dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode krinning fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting dalam skrinning fitokiia yaitu pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti,2006).

                  Selain flavonoid, ada juga senyawa yang termasuk kedalam metabolit sekunder yakni kuinon dan tanin. Kuinon merupakan senyawa berwarna yang mempunyai kromofor dasar seperti kromor pada benzokuinon yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang berkonjugasi dengan2 ikatan rangkap karbon-karbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat diubah menjadi 4 kelompok yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Sedangkan tani adalah senyawa yang memiliki gugus hidroksi fenolik yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Terdapat pada daun, buah dan batang. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat dikristalkan dan membentuk senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam kehijauan dengan logam besi. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang tidak larut dalam air (Gunawan, 2004)


V.        ALAT DAN BAHAN
5.1  Alat
a.    Tabung reaksi 20 buah
b.   Plat tetes
c.    Pipet tetes
d.   Corong gelas
e.    Erlenmeyer 250 ml
f.    Gelas kimia 200ml
g.   Lumping
h.   Gelas ukur

5.2  Bahan
a.    Pereaksi Dragendrof
b.   Kloroform
c.       NaOH padat
d.   Pereaksi Meyer
e.    Etanol
f.    Iodine
g.   Pereaksi Wagner
h.   Methanol
i.     Brusin
j.     Shinoda
k.   Heksan
l.     Kalium Iodida (KI)

VI.     PROSEDUR KERJA
5.1        Pemeriksaan Alkaloida
a. Dihaluskan sebanyak 2-4 gr simplisia tumbuhan pada lumping dengan menambahkan sedikit kloroform dan pasir bersih (silica),
b.Setelah bahan tumbuhan tersebut halus, basahi dibasahi dengan 10 ml kloroform, digerus lagi kemudian ditambahkan 10ml kloroform amoniak 1/20 N dan digerus lagi.
c. Disaring ketabung reaksi dan ditambahkan 10 tetes larutan asam sulfat 2N.
d. Dikocok, lapisan didekantasi dan dipindahkan kedalam 3 tabung reaksi kecil dan masing-masing tabung ditambahkan satu tetes  pereaksi Meyer, Wagner, DragendroF.
e.  Bila mengandung ada alkaloid, akan terbentuk endapan dimana tipe endapan yang akan terbentuk sangat tergantung pada jumlah alkoid yang ada dalam simplisia contoh. Sebagai pembanding hasil pengujian, maka digunakan larutan alkoid (Brusin) dalam HCL 2N
-          Brusin 0,010%  : Alkaloid (+)
-          Brusin 0,025%  : Alkaloid  (++)
-          Brusin 0,050%  : Alkaloid (+++)
-          Brusin 0,10%    : Alkaloid (++++)
5.2         Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid
a. Dimasukkan simpli sia tumbuhan 5 gram kering yang telah dirancang halus ke dalam erlin meyer 250ml, ditambahkan 25 ML etanol dan sambil diaduk kemudian dipanaskan di atas penangas air
b.Setelah dipanaskan lebih kurang 10 menit disaring dalam keadaan panas.
c. Diuapkan Filtrat pelarutnya dengan rotary evaporator atau dengan menggunakan penangas air sehingga diperoleh ekstrak  pekat etanol.
d. Dititrasi ekstrak etanol dengan sedikit eter dan beberapa tetes larutan eter ini ditempatkan dalam 2 lubang plat tetes dan dibiarkan kering.
e. Ditambahkan 2-3 tetes anhidrida asam asetat diaduk dengan hati-hati.
f. Ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat dan amati perubahan warna yang terbentuk.  timbulnya warna merah atau merah Ungu yang tidak stabil kemungkinan dikarenakan karena adanya triterpenoid,  sedangkan warna hijau karena adanya steroida.
g.Reaksi harus dicek dan dengan menambahkan hanya asam sulfat pekat pada lubang plat tetes yang satu lagi amati warna yang terjadi. Kalau terbentuk warna yang sama sangat boleh jadi contoh tumbuhan yang diperiksa tidak mengandung terpenoid ada tapi senyawa lain yang bereaksi dengan asam sulfat pekat
5.3        Pemeriksaan Flavonoida
a.    Diekstraksi sebanyak 0,5 gram simplisia tumbuhan yang telah dihaluskan dengan 10 ml etanol panas selama 5 menit dalam tabung reaksi.
b.  Disaring hasil ekstraknya dan filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat lalu ditambahkan lebih kurang 0,2 gram bubuk magnesium bila timbul warna merah tua menandakan contoh mengandung flavonoid cara uji teknik Shinoda (Mg+HCL).
c.   Cara lain pengujian flavonoid dengan menambahkan ekstrak etanol di atas dengan 2 tetes NaOH 10% adanya flavonoid ditandai dengan perubahan warna kuning orange merah sebagai pembanding untuk ukuran flavonoid dalam contoh tumbuhan digunakan sebutir α- kotekin yang dianggap(++) atau lagundi (+++) untuk  jumlah kandungan flavonoid dalam simplisia.
5.4  Pemeriksaan Saponin
a.    Dimasukkan lebih kurang 0,5 gram bahan tumbuhan ke dalam tabung reaksi yang telah diperiksa ditambahkan 10 ml air panas dan dibiarkan menjadi dingin kemudian  dikocok selama 10 detik.
b.      Apabila pada perilaku and ini terbentuk busa yang stabil setinggi 1 sampai 10 cm selama 10 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N berarti tes saponin adalah positif.
c.    Digunakan tumbuhan lidah buaya sebagai pembanding kadar saponin dalam contoh dengan korelasi Ukuran tinggi busa relatif terhadap kadar saponin sebagai berikut : lebih tinggi 4 cm (++++), 3-4cm (++++), 2-3 cm (++) dan dibawah 1 cm (+).
5.5  Pemeriksaan Kuinon
a.       Dipotong-potong halus simplisia tumbuhan kemudian diekstraksi dengan eter.
b.      Kalau warna contoh yang diuji masuk ke dalam pelarut eter boleh jadi zat warna yang ada adalah kuinon.

5.6   Pemeriksaan Kumarin
            Ekstrak metanol dan ekstrak etanol dari simplisia tumbuhan dapat di deteksi keberadaan kumarin nya dengan cara ekstrak etanol atau metanol dari contoh di kromatografi lapis tipis dengan menggunakan eluen etil asetat atau etil asetat : methanol (9:1), atau( 8:2).  dibawah sinar ultraviolet gelombang panjang 360 nanometer kumarin biasanya akan berlalu resensi biru dan kalau noda ini diberi uap amonium terlihat noda yang berwarna kuning
Adapun video terkait percobaan ini adalah: https://youtu.be/GSHez85LKeo
PERMASALAHAN
1. Mengapa dalam melakukan skrinning fitokimia bahan alam menggunakan suatu simplisia suatu  tumbuhan ,apa kandungan dan pengaruh dari penggunaan simplisian tersebut ?
 2.     Pada saat dilakukannya pemeriksaan steroid dan terperoid apa fungsi penambahan asam sulfat tersebut?dan  mengapa asam sulfat pekat digunakan untuk menguji pemeriksaan tersebut ?
3. Mengapa dalam pemeriksaan saponin digunakan tumbuhan lidah buaya sebagai pembanding? Mengapa menggunakan lidah buaya dan apa pengaruh nya terhadap pemeriksaan in?

3 komentar:

  1. 2. fungsi H2SO4 pada uji steroid dan terpenoid ini adalah sebagai zat pereduksi sehingga mampu menunjukkan hasil warna dari simplisia setelah diuji. asam sulfat pekat digunakan dalam uji steroid dan terpenoid ini karena H2SO4 ini merupakan oksidator kuat yang mampu mereduksi dengan cepat.

    BalasHapus
  2. 2. Karena pada lidah buaya terdapat saponim yang cukup tinggi dan akan menghasilkan busa yang banyak. Oleh karena ituidah buaya digunakan sebagai pbanding. Terimakasih

    BalasHapus
  3. 1. Seperti yang kita ketahui skrinning fitokimia itu pemeriksaan kimia scara kualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif biologis atau dikenal dengan metabolit sekunder. Dimana metabolit sekunder adalah hasil samping dari metabolusme misalnya, alkaloid, steroid/terpenoid, flavonoid, saponin, kumarin dan sebagainya yang mana secara umum keberadaaan metabolit sekunder ini ada dalam tumbuhab/makhluk hidup yang mana bisa kita cari dengan menggunakan pereaksi tertentu seperti pereaksi wagner, meyer dan dragendrof.

    BalasHapus