Kimia organik
adalah studi tentang karakteristik, mekanisme, reaksi dan struktur bahan
organik, yaitu senyawa yang mengandung atom karbon dalam berbagai bentuk.
Senyawa organik membentuk struktur dasar dari kehidupan di Bumi dan memiliki
struktur yang bervariasi. Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia
yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida
karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di
antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan
komponen penting dalam biokimia.
Reaksi
organik adalah berbagai reaksi kimia yang melibatkan senyawa
organik. Dalam sintesis organik, reaksi organik digunakan dalam membangun
molekul organik yang baru. Produksi banyak zat kimia buatan manusia seperti
obat-obatan, plastik, aditif makanan, dan pakaian bergantung pada reaksi
organik. Dalam kimia organik, banyak reaksi yang dapat terjadi yang melibatkan
ikatan kovalen di antara atom karbon dan heteroatom lainnya seperti oksigen, nitrogen,
atau atom-atom halogen lainnya.
Dasar bagi berbagai jenis reaksi kimia organik adalah reaksi adisi, reaksi eliminasi, reaksi substitusi, reaksi perisiklik, reaksi penataan ulang, reaksi fotokimia dan reaksi
redoks.
Reaksi substitusi merupakan reaksi yang melibatkan penggantian atom / gugus atom pada molekul dengan atom/gugus atom lainnya. Reaksi substitusi umumnya terjadi pada senyawa jenuh (tunggal) tanpa terjadi perubahan ikatan karakteristik (tetap jenuh). Suatu reaksi subtitusi terjadi bila sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi menggantikan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Substitusi dapat terjadi pada karbon jenuh maupun tidak jenuh. Terdapat dua jenis reaksi substitusi organik, yaitu Reaksi substitusi nukleofilik dan Reaksi substitusi elektrofilik.
Reaksi substitusi dalam kimia
organik dikelompokkan sebagai elektrofilik atau nukleofilik
bergantung pada reagen
yang digunakan, apakah suatu zat antara yang reaktif terlibat dalam reaksi
tersebut adalah suatu karbokation, suatu karbanion
atau suatu radikal bebas atau apakah substratnya
merupakan suatu alifatik atau aromatik. Pemahaman mendetail mengenai jenis reaksi mampu
membantu untuk memprediksi produk yang dihasilkan dari reaksi tersebut.
Pemahaman ini juga berguna untuk mengoptimasi suatu reaksi dengan
mempetimbangkan variabel seperti suhu dan pemilihan pelarut.
Secara umum,
reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut
:
Reaksi
secara umum :
R -
H + X2 → R –
X + H – X
Alkana
halogen
haloalkana asam klorida
·
Contoh:
CH3-CH3 (g)
+ Cl2 (g) → CH3-CH2-Cl (g) + HCl (g)
Etana
gas klor
kloroetana asam klorida
substitusi nukleofilik adalah suatu
kelompok dasar reaksi substitusi,
di mana sebuah nukleofil yang "kaya" elektron, secara selektif
berikatan dengan atau menyerang muatan positif dari sebuah gugus kimia
atau atom yang disebut gugus lepas (leaving group). Reaksi Substitusi Nukleofilik Suatu nukleofil (Z:)
menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang mengikat halogen (X),
menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut
gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan
untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi
terlepas dengan membawa pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan.
Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan :
Contoh
masing-masing reaksi adalah :
Mekanisme
substitusi nukleofilik
Pada
dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka
dilambangkan dengan SN2 adan SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi nukleofilik,
sedangkan arti 1 dan 2 akan dijelaskan kemudian.
Mekanisme SN2
Mekanisme
SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Nukleofil
menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus
pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat
gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan
pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2
menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat
terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.
Mekanisme SN1
Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan
antarakarbon dengan gugus pergi putus.
Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion
karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan
nukleofil membentuk produk
Pada
mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab
pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat.
Tahap ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme
SN1:
1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap
penentu kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
2. Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi
menyebabkan hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion
karbonium, hanya ada a gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu,
karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil
mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan
kesempatan ini masing-masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah
rasemit. Misalnya, reaksi (S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan
alkohol rasemik.
Spesies
antaranya (intermediate species) adalah
ion karbonium dengan geometrik planar sehingga air mempunyai peluang menyerang
dari dua sisi (depan dan belakang) dengan peluang yang sama menghasilkan adalah
campuran rasemik.
Reaksi
substrat R-X yang melalui mekanisme SN1 akan berlangsung cepat jika R merupakan
struktur tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Hal ini sesuai
dengan urutan kestabilan ion karbonium, 3o > 2o >> 1o.
Perbandingan Mekanisme SN1 dan SN2
Tabel berikut memuat ringkasan mengenai mekanisme
substitusi dan mebandingkannya dengan keadaan-keadaan lain, seperti keadan
pelarut dan struktur nukleofil.
Tabel1: Perbandingan reaksi SN2 dengan SN1 SN2
SN1
- Tabel 3.1 Perbedaan Reaksi SN2 SN1
- SN2SN1- Reaksi serempak/ serangan dari belakang- Bereaksi dengan nukleofilik (Nu) kuat/basa lewis, ex:-OH, -OR, -CN- Bereaksi baik dengan alkil halida primer dan sekunder, Halida anilik dan benzyl halida- Pelarut non polar/polar aprotic- proses melalui 2 tahap- Bereaksi dengan nukleofil lamah/basa lewis, ex: H2O, ROH- Bereaksi baik dengan alkilTersier > sekunder (lambat), Halida anilik dan benzyl halida- Pelarut polar/ polar protic
Berikut ini ada beberapa petunjuk
yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu nukleofil adalah kuat atau
lemah.
1. Ion nukleofil bersifat nukleofil.
Anion adalah pemberi elektron yang lebih baik daripada molekul netralnya.
Jadi
2. Unsur yang berada pada
periode bawah dalam tabel periodik cenderung merupakan nukleofil yang lebih
kuat daripada unsur yang berada dalam periode di atasnya yang segolongan.
Jadi
3. Pada periode yang sama, unsur
yang lebih elektronegatif cenderung merupakan nukleofil lebih lemah (karena ia
lebih kuat memegang elektron). Jadi
Karena C dan N N: ,ยบberada dalam periode yang sama, tidak mengherankan jika pada
ion -:C yang bereaksi adalah karbon, karena sifat nukleofilnya lebih
kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Allinger, Norman L. et.al. 1976. Organic Chemistry. Second edition. New
York:Worth Publishers Inc.
Fessenden, Fessenden.
1992. Kimia Organik. (Terjemahan
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka).
Edisi ketiga. Jakarta:Penerbit Erlangga
Pine,
Stanley H. et. Al. 1980. Organic
Chemistry. Fourth edition. McGraw-Hill
PERMASALAHAN :
1.Apakah
gugus tetangga dapat mempengaruhi reaksi substitusi nukleofilik, jika iya,
apa pengaruh yang ditimbulkan, dan mengapa gugus tetangga dapat
berpengaruh pada reaksi substitusi nukleofilik…
2. Bagaimana urutan berikut ini dapat terjadi : Tersier > sekunder (lambat), Halida anilik dan benzyl halida pada reaksi nukleofilik bimolekuler SN2 ?
2. Bagaimana urutan berikut ini dapat terjadi : Tersier > sekunder (lambat), Halida anilik dan benzyl halida pada reaksi nukleofilik bimolekuler SN2 ?
3. Pada
reaksi substitusi nukleofilik terdapat perbedaan nukleofil yang
digunakan, pada reaksi SN2 nukleofil yang digunakan ialah nukleofil
kuat, sedangkan pada reaksi SN1 nukleofil yang digunakan ialah nukleofil
lemah. Bagaimana cara kita membedakan nukleofil mana yang harus kita
pakai pada sebuah reaksi substitusi nukleofilik...
Mohon bantuannya teman teman :-)
Mohon bantuannya teman teman :-)
assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatu
BalasHapusnama saya idkhom kholid dengan nim RSA1C117015
saya akan mencoba menjawab permasalahan dari artikel anda yang nomor 3.
SN2
- reaksi serempak/serangan dari belakang
- bereaksi dengan nukleofilik kuat atau basa lewis seperti -OH
- bereaksi baik dengan alkil halida primer dan sekunder
- merupakan pelarut non polar
sedangkan SN1
- prosesnya melalui 2 tahap
- berekasi dengan nukleofilik lemah atau basa lewis seperti H2O
- bereaksi baik dengan alkil
- merupakan pelarut polar
Assalamu'alaikum warohmatullah wabarakatuh perkenalkan nama saya Putri Iga Noviyanti Nim RSA1C117002 saya akan membantu menjawab permasalahan nomor 1. Menurut literatur yang saya baca, iya dapat mempengaruhi reaksi subtitusi nukleofilik, yang mana partisipasi gugus tetangga dalam reaksi nukleofilik adalah dapat mempengaruhi kecepatan reaksi. karena Jika suatu gugus tetangga mempengaruhi reaksi melalui suatu jalan yang menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi, maka gugus tetangga tersebut dikatakan sebagai “anchimeric assistance”. Peningkatan kecepatan reaksi dengan adanya partisipasi gugus tetangga diketahui dengan membandingkan laju reaksi suatu senyawa yang memiliki gugus tetangga dengan reaksi yang sama pada senyawa analog yang tidak memiliki gugus tetangga.
BalasHapusSelamat pagi..
BalasHapusSaya Oktora sihaloho akan mencoba menjawab permasalahan saudari wulan nomor 2.
Menurut artikel yang saya baca teori laju reaksi, laju reaksi ditentukan oleh konsentrasi pereaksi dan nukleofil. Hal ini terjadi karena nukelofil dan pereaksi sama2 terlibat dalam keadaan transisi senyawa pada reaksi ini. -untuk urutan laju: metil halida > alkil halida primer > alkil halida sekunder. hal ini terjadi karena adanya efek steric hindrance (efek dari terhalangnya atom pusat untuk mengalami reaksi akibat gugus fungsi yang berukuran besar menghalangi nukleofil untuk menyerang).
terimakasih. semoga membantu.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus