Sabtu, 16 Februari 2019

MEKANISME REAKSI ELIMINASI E2

REAKSI ELIMINASI
    
 Eliminasi artinya reaksi yang terjadi dengan adanya pelepasan dan penghilangan . Reaksi eliminasi dapat dianggap kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi ini, dua atom atau gugus yang masing-masing terikat pada dua buah atom C yang letaknya berdampingan dilepaskan oleh suatu pereaksi sehingga menghasilkan ikatan rangkap. Reaksi ini hanya dapat berlangsung bila ada zat yang menarik molekul yang akan dieliminasi. Reaksi eliminasi digunakan untuk membuat senyawa-senyawa alkena dan alkuna. Sebaga contoh adalah reaksi pembuatan etena dari etanol.

 
           
 Bila suatu alkil halida diolah dengan suatu basa kuat, dapat terjadi suatu reaksi eliminasi. Dalam reaksi ini sebuah molekul kehilangan atom-atom atau ion-ion dalam strukturnya. Produk organik suatu alkil halida adalah suatu alkena. Dalam tipe reaksi ini, unsur H dan X keluar dari dalam alkil halida; oleh karena itu reaksi ini juga disebut reaksi dehidrohalogenasi (awalan de- berarti “minus” atau “hilangnya”).


REAKSI ELIMINASI E2
           
     Reaksi eliminasi alkil halida yang paling berguna ialah reaksi E2 (eliminasi bimolekuler). Reaksi E2 alkil halida cenderung dominan bila digunakan basa kuat, seperti OH dan OR, dan temperatur tinggi. Secara khas reaksi E2 dilaksanakan dengan memanaskan alkil halida dengan K+-OH atau Na+ -OCH2CH3 dalam etanol.

            Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat-antara, melainkan berupa reaksi serempak (concered reaction) yakni  terjadi pada satu tahap, sama seperti reaksi SN2.

1.      Basa membentuk ikatan dengan hidrogen
2.      Elektron elektron C-H membentuk ikatan pi
3.      Brom bersama sepasang elektronnya meninggalkan ikatan sigma C-Br
Persamaan diatas menunjukkan mekanisme, dengan anak-panah bengkok menyatakan “pendorongan elektron” (electron-pushing). Struktur keadaan-transisi dalam reaksi satu tahap ini adalah:

            Dalam reaksi E2, seperti dalam reaksi E1, alkil halida tersier bereaksi paling cepat dan alkil halida primer paling lambat. (bila diolah dengan suatu basa, alkil halida primer biasanya begitu mudah bereaksi substitusi, sehingga hanya sedikit alkena terbentuk.


STREOKIMIA SUATU REAKSI E2
            Dalam keadaan transisi suatu eliminasi E2, basa yang menyerang dan gugus yang pergi umumya sejauh mungkin, atau anti. Karena inilah maka eliminasi E2 seringkali dirujuk sebagai anti-eliminasi.


Ciri yang menarik mengenai anti-eliminasi adalah bahwa peletakan anti dari H dan Br yang akan dibuang menentukan streokimia alkena sebagai produk. Untuk memahami terjadinya hal ini, perhatikan reaksi E2 dari beberapa halida streoisomerik. Senyawa 1-bromo-1,2-difenilpropana mempunyai dua atom karbon kiral (karbon 1 dan 2) dan empat streoisomer.


Karena terdapat hanya satu hidrogen β dalam halida awal, maka streoisomer yang manapun akan menghasilkan C6H5(CH3)C=CHC6H5. Namun dalam produk ini dapat terjadi keisomeran geometrik.


Bila atau (1R,2R)-1-bromo-1,2-difenilpropana ataupun (1S,2S)-enantiomernya menjalani reaksi E2, akan terbentuk (Z)-alkena secara ekslusif; tak akan terbentuk (E)-alkena.


Mengapa hanya terbentuk produk (Z) dan tak ada produk (E)? Karena hanya ada satu konformasi dari masing-masing enantiomer ini dimana Br dan hidrogen beta berposisi anti, baik dari enantiomer ini pelurusan anti antara H dan Br akan menaruh gugus-gugus fenil pada satu sisi dari molekul, sehingga dihasilkan (Z)-alkena. Seandainya eliminasi dapat terjadi tanpa memperdulikan konformasi enantiomer-enantiomer ini, pastilah akan dijumpai pula (E)-alkena.


Keadaannya tepat terbalik pada enantiomer-enantiomer (1R,2S) atau (1S,2R). Masing-masing enantiomer ini justru menghasilkan (E)-alkena. Alasannya sekalo lagi ialah hanya ada satu konformasi dalam mana Br dan satu-satunya H beta itu berposisi anti satu terhadap yang lain. Dalam konformasi ini, gugus fenil berada dalam sisi yang berlawanan.


Suatu reaksi ini dimana streoisomer yang berlainan dari pereaksi menghasikan produk yang secara streoisomer berlainan, disebut reaksi streospesifik. Reaksi E2 adalah suatu contoh reaksi streospesifik.
Halosikloalkana seperti klorosikloheksana dapat juga bereaksi dengan E2. Dalam kasus kasus ini, konformasi cincin memainkan peran penting dalam jalannya reaksi. Agar beposisi anti dalam suatu cincin sikloheksana, gugus pergi seperti klor dan suatu hidrogen β, haruslah 1,2 trans dan diaksial. Tak ada konformasi lain yang meletakkan H dan Cl ini anri satu terhadap yang lain. Meskipun konformasi ini bukan konformasi favorit, beberapa persen molekul halosikloalkana berada dalam konformasi ini pada suatu saat dan dengan demikian dapat mengalami eliminasi.
Sumber:
Fessenden,Fessenden.1989. kimia organik. Jakarta: Erlangga
Permasalahan :

Permasalahan :
1.   Mengapa pada reaksi E2 cenderung menggunakan basa kuat, bukan asam atau basa lemah…
2. Coba anda jelaskan bagaimana kekuatan basa (kebasaan) dapat mempengaruhi reaksi eliminasi…
3.    Pada reaksi E1 terjadi pembentukan karbokation, sedangkan pada reaksi E2 tidak ada pembentukan karbokation apa yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi…
 
  harap bantuanya teman teman .


3 komentar:

  1. Baiklah saya lamia amelia dengan nim RSA1C117006,
    Disini saya akan membantu menjawab permasalahan wulan yang no 1. Berdasarkan dari literatur yang saya baca reaksi E2 secara khusus menggunakan basa kuat untuk menarik hidrogen asam dengan kuat kenapa?, nah, karena basa disini bertindak sebagai nukleofil mengambil proton (hidrogen) dari atom karbon yang bersebelahan dengan karbon pembawa gugus pergi. Pada waktu yang bersamaan, gugus pergi terlepas dan ikatan rangkap dua itu terbentuk.
    Kemudian Konfigurasi yang baik untuk reaksi E2 adalah konfigurasi dimana hidrogen yang akan tereliminasi dalam posisi anti dengan gugus pergi. Alasannya ialah bahwa pada posisi tersebut orbital ikatan C-H dan C-X tersusun sempurna yang memudahkan pertumpang tindihan orbital dalam pembentukan ikatan p baru.
    Reaksi E2 menggunakan basa kuat seperti –OH, -OR, dan juga membutuhkan kalor, dengan memanaskan alkil halida dalam KOH atau CH3CH2ONa dalam etanol. Terimakasih Semoga membantu :)

    BalasHapus
  2. Selamat pagi
    Saya SITI MUNAWAROH dengan Nim RSA1C117003
    baiklah, saya akan mencoba menjawab pertanyaan ke-2
    yakni mengapa kekuatan dari basa kuat dapat mempengaruhi reaksi eliminasi, jadi seperti ini pada dasarnya kekuatan dari basa kuat akan mempengaruhi reaksi elimasi pada reaksi E2 sedangkan pada reaksi E1 kekuatan basa kuat tidak begitu berpengaruh. pada reaksi E2 semakin kuat kekuatan dari basa kuat maka semakin mudah terjadi reaksi pada E2. sehingga dapat disimpulkan bahawa kemampuan pereaksi dalam menerima proton dalam reaksi asam-basa (penting untuk eliminasi), yaitu semakin kuat basa reaksi eliminasi lebih disukai. sekian dari saya semoga dapat membantu :)

    BalasHapus
  3. Baik. Saya Murni Maria Simanjuntak dengan NIM RSA1C117009 . Saya akan mencoba menjawab permasalahan saudari wulan nomor 3.
    Pada reaksi E1 terjadi pembentukan karbokation, sedangkan pada reaksi E2 tidak ada pembentukan karbokation yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi karena pada Reaksi E1 adalah reaksi eliminasi dimana suatu karbokation (suatu zat antara yang tak stabil dan berenergi tinggi, yang dengan segera bereaksi lebih lanjut) dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa dan menghasilkan sebuah alkena. Pada reaksi SN1, salah satu cara karbokation mencapai produk yang stabil ialah dengan bereaksi dengan sebuah nukleofil.
    Karbokation adalah suatu zat antara yang tak stabil dan berenergi tinggi. Karbokation memberikan kepada basa sebuah proton dalam reaksi eliminasi, dalam hal ini reaksi E1 menjadi sebuah alkena. Sedangkan pada Reaksi E2 (eliminasi bimolekular) ialah reaksi eliminasi alkil halida yang paling berguna. Reaksi E2 alkil halida cenderung dominan bila digunakan basa kuat, seperti –OH dan –OR, dan temperatur tinggi. Secara khas reaksi E2 dilaksanakan dengan memanaskan alkil halida dengan K+ -OH / Na+ -OCH2CH3 dalam etanol.
    Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat-antara, melainkan berupa reaksi serempak (concerted reaction) yakni terjadi pada satu tahap, sama seperti reaksi SN2.

    BalasHapus