LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTU ZOOM DAN FALSHCARD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIRIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN ASAM DAN BASA
Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan (sains),
yang berisikan fakta didalamnya memiliki konsep, perhitungan, dan juga materi
pelajaran yang abstrak, terkadang beberapa guru hanya menggunakan metode
konvensional yang dilengkapi dengan sumber belajar berupa buku paket pelajaran
dan sumber hardcopy lainnya. Pembelajaran dalam ilmu kimia
membutuhkan keterampilan
peserta didik baik itu secara psikis
maupun fisik, hakekat keterampilan belajar peserta
didik meliputi : (1) Transformasi persepsi
belajar, (2.Keterampilan
manajemen pribadi), (3) Interpersonal dan
keterampilan kerjasama tim , (4) Kesempatan Eksplorasi (Thobroni,
2015). Ilmu kimia adalah ilmu yang di
temukan dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang merupakan jawaban atas
pertanyaan apa,kenapa,dan mengapa serta gejala-gejala alam yang
terjadi.
Salah satu materi kimia yang dipelajari disekolah
adalah larutan asam basa. Larutan asam basa merupakan materi kimia yang
dipelajari di awal semester genap kelas XI menjelaskan tentang konsep asam
basa, indikator asam basa, pH larutan sama dan larutan basa dan reaksi asam
basa. Materi ini berisikan konsep – konsep dan juga perhitungan untuk
menentukan pH asam basa. Peserta didik ketika melakukan praktikum mengenai larutan asam
basa, masih belum bisa menjelaskan secara tepat mengenai peristiwa asam basa
yang di praktikkannya.
Berdasarkan
observasi dan wawancara yang dilakukan pada guru kimia di SMA Xaverius 2 Kota
Jambi pada bulan november, pembelajaran
kimia monoton menggunakan buku paket dan penjelasan dari guru. Guru mengajar di
ruangan kelas dengan menggunakan metode ceramah dan mencatat di papan tulis,
jarang menggunakan model pembelajaran sebagai variasi dalam proses belajar
mengajar.
Pembelajaran
demikian bagi peserta didik menimbulkan kebosanan dan tidak tertarik untuk
memperhatikan pelajaran dan juga pengetahuan yang mereka terima hanya sekedar
dari buku paket dan apa yang disampaikan oleh guru di depan. Peserta didik juga
hanya mendengarkan penyampaian dari
guru. Pada saat melakukan praktikum di laboratorium yang dilakukan oleh peserta
didik hanya melakukan instruksi yang disampaikan oleh guru dan mencatat hasil
yang diperoleh dari pengamatan, selesai mencatat dikumpulkan kepada guru dan
tidak ada tindak lanjut dari praktikum tersebut.
Pelaksanaan kurikulum 2013 dilandasi oleh
pendekatan saintifik yang dalam kegiatan pokok pembelajaran terdiri dari
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasi atau
istilah lainnya 5M (Wiyani, 2013). Upaya meningkatkan
capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, peserta didik perlu ditingkatkan
tingkatan berpikirnya. Salah satunya dengan menerapkan konstruktur keterampilan
berpikir kritis. Scriven dan Paul (2007) menyatakan bahwa keterampilan berpikir
kritis sangat penting dikembangkan karena peserta didik dapat lebih mudah
memahami konsep, peka terhadap masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan
menyelesaikan masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda.
Oleh sebab itu dalam pembelajaran perlu digunakan suatu model pembelajaran yang
sesuai agar proses pembelajaran menjadi aktif dan mampu mengembangkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik.
Salah satu alternatif
yang dipandang mampu meningkatkan pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis
dan meningkatkan interaksi antar peserta didik adalah yaitu model Problem
Based Learning (PBL). Model
PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan
nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa (bersifat kontekstual) sehingga
merangsang siswa untuk belajar (Ngalimun, 2017). Pendekatan PBL lebih
efektif dari pada metode pengajaran tradisional dalam meningkatkan pemahaman
konsep siswa. PBL juga bermanfaat dalam pengajaran di laboratorium karena
mencakup berbagai kegiatan seperti kolaborasi, pemahaman dan analisis
peristiwa, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan informasi dan menganalisis dan
membuat eksperimen. PBL memberikan kesempatan belajar yang bermakna bagi siswa
yang aktif terlibat dalam pembelajaran mereka. Manfaat yang jelas untuk siswa
dari penggunaan PBL yaitu peningkatan belajar mandiri, berpikir kritis,
pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi.
Penelitian yang relevan
. Berkaitan dengan kondisi tersebut untuk menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan menyediakan pengalaman belajar kepada siswa sehingga siswa terlibat langsung dalam pembelajaran, maka dapat digunakan model Problem Based Learning dengan soal terbuka (Open Ended). Alasan menggunakan model tersebut untuk diterapkan di kelas adalah sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa serta dengan tes soal terbuka tersebut dapat mengevaluasi kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Diharapkan dengan melakukan hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan proses pemecahan masalah yang mana siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya dan diharapkan dapat membangun keterampilan berpikir kreatif siswa sehingga tidak hanya mampu memecahkan masalah tetapi memperoleh pengetahuan baru. 2. Soal Terbuka (Open Ended) adalah soal yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. 3. Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang baru, dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah dikuasai sebelumnya.
Problem
Based Learning atau biasa disebut PBL merupakan model pembelajaran yang
berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus
pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pembelajar tidak saja
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode
ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.
Lebih
lanjut Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hal hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang
diajar dengan PBL yaitu: (1) inkuiri
ccd dan keterampilan melakukan pemecahan masalah, (2)
belajar model peraturan orang dewasa, dan (3) keterampilan belajar mandiri.
Pembelajaran PBL dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang
konstruktivistik mencakup beberapa faktor yaitu: kasus-kasus behubungan,
fleksibilitas kognisi, sumber-sumber informasi, cognitive tools, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi,
dan dukungan sosial dan kontekstual.
1. Kasus-kasus
berhubungan, membantu pebelajar untuk memahami pokok-pokok permasalahan secara
implisit. Kasus-kasus berhubungan dapat membantu siswa/mahasiswa belajar
mengidentifikasi akar masalah atau sumber masalah utama yang berdampak pada
munculnya masalah yang lain.
2. Feksibilitas
kognisi merepresentasi materi pokok dalam upaya memahami kompleksitas yang
berkaitan dengan domain pengetahuan. Fleksibilitas kognisi dapat ditingkatkan
dengan memberikan ide-idenya, yang menggambarkan pemahamannya terhadap
permasalahan.
3. Sumber-sumber
informasi, bermanfaat bagi pebelajar dalam menyelidiki permasalahan. Dalam
konteks belajar sains (kimia), pengetahuan sains yang dimiliki siswa terhadap
masalah yang dipecahkan dapat digunakan sebagai acuan awal dan dalam
penelusuran bahan pustaka sesuai dengan masalah yang mereka pecahkan.
4. Cognitive tools,
merupakan bantuan bagi pelajar untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan
tugas-tugasnya. Cognitive tools
membantu siswa untuk mempresentasi apa yang diketahuinya atau apa yang
dipelajarinya, atau melakukan aktivitas berpikir melalui pemberian tugas-tugas.
5. Pemodelan
yang dinamis, adalah pengetahuan yang memberikan cara-cara berpikir dan
menganalisis, mengorganisasikan, dan memberikan cara untuk mengungkapkan
pemahaman mereka terhadap suatu fenomena.
6. Percakapan
dan kolaborasi, dilakukan dengan diskusi dalam proses pemecahan masalah.
Diskusi yang intesif dimana terjadi proses menjelaskan dan memperhatikan penjelasan
peserta diskusi dapat membantu siswa mengembangkan komunikasi ilmiah,
argumentasi yang logis, dan sikap ilmiah.
7. Dukungan
social dan kontekstual, berhubungan dengan bagaimana masalah yang menjadi fokus
pembelajaran dapat membuat siswa termotivasi untuk memecahkannya.
Berdasarkan
uraian diatas dapat dikemukakakn bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam
pembelajaran karena: (1) akan terjadi pembelajaran bermakna, (2) siswa
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, (3) dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal
untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok (Ngalimun,2017).
Esensi dari
teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini
pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima
pengetahuan. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan
kaum objektivitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.Dalam
pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan (Sagala, 2013).
Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1)
menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (2) memberi kesempatan
siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Rusman, 2011).
Menurut
teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa.Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar
(Trianto, 2007).