Senin, 28 September 2020

PERTEMUAAN KE 3 SEMINAR PROPOSAL

     LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTU ZOOM DAN FALSHCARD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIRIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN ASAM DAN BASA

Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan (sains), yang berisikan fakta didalamnya memiliki konsep, perhitungan, dan juga materi pelajaran yang abstrak, terkadang beberapa guru hanya menggunakan metode konvensional yang dilengkapi dengan sumber belajar berupa buku paket pelajaran dan sumber hardcopy lainnya. Pembelajaran dalam ilmu kimia membutuhkan keterampilan peserta didik baik itu secara psikis maupun fisik, hakekat keterampilan belajar peserta didik meliputi : (1) Transformasi persepsi belajar, (2.Keterampilan manajemen pribadi), (3) Interpersonal dan keterampilan kerjasama tim , (4) Kesempatan Eksplorasi (Thobroni, 2015). Ilmu kimia adalah ilmu yang di temukan dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa,kenapa,dan mengapa serta gejala-gejala alam yang terjadi.

Salah satu materi kimia yang dipelajari disekolah adalah larutan asam basa. Larutan asam basa merupakan materi kimia yang dipelajari di awal semester genap kelas XI menjelaskan tentang konsep asam basa, indikator asam basa, pH larutan sama dan larutan basa dan reaksi asam basa. Materi ini berisikan konsep – konsep dan juga perhitungan untuk menentukan pH asam basa. Peserta didik ketika melakukan praktikum mengenai larutan asam basa, masih belum bisa menjelaskan secara tepat mengenai peristiwa asam basa yang di praktikkannya.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada guru kimia di SMA Xaverius 2 Kota Jambi pada bulan november,  pembelajaran kimia monoton menggunakan buku paket dan penjelasan dari guru. Guru mengajar di ruangan kelas dengan menggunakan metode ceramah dan mencatat di papan tulis, jarang menggunakan model pembelajaran sebagai variasi dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran demikian bagi peserta didik menimbulkan kebosanan dan tidak tertarik untuk memperhatikan pelajaran dan juga pengetahuan yang mereka terima hanya sekedar dari buku paket dan apa yang disampaikan oleh guru di depan. Peserta didik juga hanya  mendengarkan penyampaian dari guru. Pada saat melakukan praktikum di laboratorium yang dilakukan oleh peserta didik hanya melakukan instruksi yang disampaikan oleh guru dan mencatat hasil yang diperoleh dari pengamatan, selesai mencatat dikumpulkan kepada guru dan tidak ada tindak lanjut dari praktikum tersebut.

Pelaksanaan kurikulum 2013 dilandasi oleh pendekatan saintifik yang dalam kegiatan pokok pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasi atau istilah lainnya 5M (Wiyani, 2013). Upaya meningkatkan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, peserta didik perlu ditingkatkan tingkatan berpikirnya. Salah satunya dengan menerapkan konstruktur keterampilan berpikir kritis. Scriven dan Paul (2007) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis sangat penting dikembangkan karena peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep, peka terhadap masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda. Oleh sebab itu dalam pembelajaran perlu digunakan suatu model pembelajaran yang sesuai agar proses pembelajaran menjadi aktif dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Salah satu alternatif yang dipandang mampu meningkatkan pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan interaksi antar peserta didik adalah yaitu model Problem Based Learning (PBL). Model PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa (bersifat kontekstual) sehingga merangsang siswa untuk belajar (Ngalimun, 2017). Pendekatan PBL lebih efektif dari pada metode pengajaran tradisional dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa. PBL juga bermanfaat dalam pengajaran di laboratorium karena mencakup berbagai kegiatan seperti kolaborasi, pemahaman dan analisis peristiwa, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan informasi dan menganalisis dan membuat eksperimen. PBL memberikan kesempatan belajar yang bermakna bagi siswa yang aktif terlibat dalam pembelajaran mereka. Manfaat yang jelas untuk siswa dari penggunaan PBL yaitu peningkatan belajar mandiri, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi.


Penelitian yang relevan 

. Berkaitan dengan kondisi tersebut untuk menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan menyediakan pengalaman belajar kepada siswa sehingga siswa terlibat langsung dalam pembelajaran, maka dapat digunakan model Problem Based Learning dengan soal terbuka (Open Ended). Alasan menggunakan model tersebut untuk diterapkan di kelas adalah sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa serta dengan tes soal terbuka tersebut dapat mengevaluasi kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Diharapkan dengan melakukan hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa

Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan proses pemecahan masalah yang mana siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya dan diharapkan dapat membangun keterampilan berpikir kreatif siswa sehingga tidak hanya mampu memecahkan masalah tetapi memperoleh pengetahuan baru. 2. Soal Terbuka (Open Ended) adalah soal yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. 3. Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang baru, dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah dikuasai sebelumnya.

Problem Based Learning atau biasa disebut PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pembelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.

Lebih lanjut Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hal hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu: (1) inkuiri ccd dan keterampilan melakukan pemecahan masalah, (2) belajar model peraturan orang dewasa, dan (3) keterampilan belajar mandiri. Pembelajaran PBL dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang konstruktivistik mencakup beberapa faktor yaitu: kasus-kasus behubungan, fleksibilitas kognisi, sumber-sumber informasi, cognitive tools, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi, dan dukungan sosial dan kontekstual.

1.    Kasus-kasus berhubungan, membantu pebelajar untuk memahami pokok-pokok permasalahan secara implisit. Kasus-kasus berhubungan dapat membantu siswa/mahasiswa belajar mengidentifikasi akar masalah atau sumber masalah utama yang berdampak pada munculnya masalah yang lain.

2.    Feksibilitas kognisi merepresentasi materi pokok dalam upaya memahami kompleksitas yang berkaitan dengan domain pengetahuan. Fleksibilitas kognisi dapat ditingkatkan dengan memberikan ide-idenya, yang menggambarkan pemahamannya terhadap permasalahan.

3.    Sumber-sumber informasi, bermanfaat bagi pebelajar dalam menyelidiki permasalahan. Dalam konteks belajar sains (kimia), pengetahuan sains yang dimiliki siswa terhadap masalah yang dipecahkan dapat digunakan sebagai acuan awal dan dalam penelusuran bahan pustaka sesuai dengan masalah yang mereka pecahkan.

4.    Cognitive tools, merupakan bantuan bagi pelajar untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan tugas-tugasnya. Cognitive tools membantu siswa untuk mempresentasi apa yang diketahuinya atau apa yang dipelajarinya, atau melakukan aktivitas berpikir melalui pemberian tugas-tugas.

5.    Pemodelan yang dinamis, adalah pengetahuan yang memberikan cara-cara berpikir dan menganalisis, mengorganisasikan, dan memberikan cara untuk mengungkapkan pemahaman mereka terhadap suatu fenomena.

6.    Percakapan dan kolaborasi, dilakukan dengan diskusi dalam proses pemecahan masalah. Diskusi yang intesif dimana terjadi proses menjelaskan dan memperhatikan penjelasan peserta diskusi dapat membantu siswa mengembangkan komunikasi ilmiah, argumentasi yang logis, dan sikap ilmiah.

7.    Dukungan social dan kontekstual, berhubungan dengan bagaimana masalah yang menjadi fokus pembelajaran dapat membuat siswa termotivasi untuk memecahkannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakakn bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena: (1) akan terjadi pembelajaran bermakna, (2) siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, (3) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok (Ngalimun,2017). 

Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan (Sagala, 2013). Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Rusman, 2011).

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa.Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2007).






Kamis, 14 November 2019

Laporan Praktikum KimiaOrganik 2 :"Isolasi Senyawa p-Metoksi Sinamat dari Kencur (Kaemferian galanga L)

VIII.       DATA PENGAMATAN

PROSEDUR KERJA
PENGAMATAN
Dimasukkan serbuk ke 250ml Erlenmeyer

Serbuk berwarna putih kekuningan dalam kondisi kering
Direndam dengan 100 ml kloroform

Terdapat selapis larutan kloroforn diatas permukaan serbuk simplisia rimpang kencur kering
Dihangatkan pada penangas air sambil digoyang-goyang
Bau khas dari kencur bercampur dengan bau khas kloroform semakin kuat, warna larutan semakin memekat dan keruh.
Dibiarkan selama setengah jam pada suhu kamar kemudian saring
Larutan kloroform berwarna kuning bening.
Dipisahkan residu kencur dan sekali lagi perkolasi sekali lagi menggunakan pelarut dengan jumlah yang sama
Larutan kloroform bercampur ekstrak kencur terpisah dengan serbuk kasar dari rimpang kencur, diperoleh larutan kuning bening.
Filtrat Diperoleh kemudian digabung dan dipekatkan di bawah tekanan rendah (volume) hingga volume kira-kira setengahnya
Volume berkurang, warna larutan semakin memekat dan keruh.
Didinginkan penyelesaian pekat dalam air, padatan yang terbentuk menyimpang dengan corong Buchner, filtrat dipekatkan sekali lagi dan padatan yang kedua setelah disaring digabung kemudian ditimbang
Diperoleh Kristal berwarna kuning
Dihitung rendemennya! Reksistalisasi dilakukan dalam klorofrom.kemudian menilai titik lelehnya dan membandingkan dengan sastra (45-50ºC)
Diperoleh titik leleh

                                                                                                              
IX.         PEMBAHASAN
Pada tahap pertama, kita lakukan merendam simplisia kencur yang sudah halus dengan memakai pelarut, pelarut yang kita pakai adalah kloroform, proses ini biasanya kita sebut dengan istilah Maserasi atau Ekstraksi dingin, maserasi dilakukakan selama 24 jam. Maserasi yang dilakukan selama 24 jam supaya sel-sel pada kencur dapat aktif, sehingga didapatkan ekstrak kandungan yang tinggi. Jika prosedur yang kita lakukan langsung ke proses perkolasi maka memungkinkan ada sel yang tidak mengembang dan tidak mengeluarkan ekstrak yang mengandung komponen etil p-metoksisinamat.
Maserasi selanjutnya dengan perkolasi menggunakan pelarut kloroform yang dipanaskan tidak melebihi titik leleh dari senyawa etil p-metoksisinamat.suhu  proses perkolasi sangat dijaga supaya tidak terlalu dingin, Karena bisa mengakibatkan penyarian yang tidak sempurna. Volume pelarut yang menetes juga dijaga hanya 2-4 tetes perdetik, kecepatan pelarut menentukan hasil penyarian nantinya, karena jika terlalu cepat maka pelarut hanya akan melewati sampel tanpa mengekstraksi sampel tersebut dan berakibat penyarian yang tidak baik.
 Selanjutnya pelarut diuapkan dengan memakai bantuan pemanasan, namun masih dalam kontrol suhu thermometer yang dipakai tidak melebihi titik leleh senyawa p-metoksisinamat yaitu 48-49°C. Setelah ekstrak sekitar 90% pelarut menguap maka ekstrak sampel direndam di dalam es batu, tetapi karena  sedikit yang mengakibatkan susahnya penyaringan, maka kami melanjutkan penguapan sisa pelarut tanpa pemanasan tetapi diangin-anginkan di dalam suhu ruang, hasil akhir diperoleh Kristal berwarna putih agak kekuningan dengan bau yang masih mirip dengan bau kencur.

X.                KESIMPULAN
KES
Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai isolasi senyawa etil p-metoksisinamat dari rimpang kencur (Kaemferiam galangal L), dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Isolasi dari senyawa bahan alam terkhususnya etil p-metoksi sinamat dilakukan mulai dari determinasi, maserasi, perkolasi, kemudian selanjutnya evaporasi untuk menhilangkan pelarut dan mendapatkan krstal kering

Video mengenaai percobaan ini dapat diakses melalui link berikut :

Permasalahan :

1.  1.mengapa pada saat melakukan penguapan dilakukannya dengan bantuan panas yang tetap dikontrol dibawah titik leleh sedangkan pelarut yang digunakan mudah menguap?
   2.  Bagaimana jika pada saat melakukan langkah praktikum ini kita tidak menggunakan kloroform dan digantikan dengan senyawa lain yang mempunyai sifat seperti kloroform, apakah akan dapat menghasilkan yang sama dan bahan apa yang dapat menggantikan kloroform?
23.  Mengapa pada praktikum kali ini kita melakukan tahap maserasi bagaimana jika kita tidak melakukannya tahap maserasi tersebut dapat mempengaruhi potensi keberhasilan praktikum kali i


XI.       DAFTAR PUSTAKA
Afriantini. 1990. Kimia Organik. Bnadung:ITB press
Fessenden. 1984. Kimia Organik. Jakarta:Erlangga.
Inayatullah. 1997. Dasar-dasar Pemisahan Analitik. Singaraja:IKIP Negeri Singaraja
Nurlita. 2004. Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa  Organik Bahan Alam. Jurnal Konversi Cagar Budaya Borobudur, Vol 25(2).
Tim Kimia Organik. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi:Universitas Jambi.



Sabtu, 02 November 2019

Laporan Praktikum Kimia Organik 2 :"Isolasi Senyawa Bahan Alam (Alkaloid)

VII.     Data Pengamatan

Perlakuan
Hasil Pengamatan
Dimasukkan 25 gr teh kering, 250 ml air dan 25 gr CaCO3 kedalam Erlenmeyer
Campuran berwarna coklat pudar, dan terdapat serbuk teh di dasar Erlenmeyer
Dipanaskan diatas uap air selama 20 menit, sambil di aduk
Campuran mendidih, dan mulai naik keatas
Didinginkan diudara, disaring alrutan dengan corong Buchner, dipindahkan dalam corong pisah
Suhu campuran turun, filtrate berwarna coklat
Diekstraksi dengan 25ml kloroform sebanyak 3 kali, campuran didestilasi, sampai diperoleh larutan jenuhnya
Campuran bagian bawah disimpan untuk didestilasi, larutan berwarna hijau
Disublimasi dengan cawan
Terdapat Kristal putih

VIII.    Pembahasan
Pada percobaan isolasi senyawa bahan alam (alkaloid) dengan mengekstrak kafein dari teh. Alkaloid merupakan senyawa basa nitrogen heterosiklik dan berada pada tumbuhan. Ekstraksi yaitu pemisahan beberapa suatu padatan atau cairan dengan dibantu pelarut, sedangkan sublimasi yaitu proses perubahan zat dari fasa padat menjadi uap, kemudian uap dikondensasi langsung menjadi padat tanpa melaui fasa cair.

Langkah pertama, dimasukkan 25 gr teh kering, 259ml air dan 25 gr CaCO3 kedalam Erlenmeyer ,campuran menjadi warna coklat pudar, dan terdapat serbuk teh didasar Erlenmeyer. Dipanaskan pada penangas selama 20 menit sambil diaduk kemudian dinginkan diudara, campuran mendidih mulai neik keatas ,dan suhu campuran turun. Diaring larutan dengan corong Buchner dan dipindahkan dalam corong pisah, dan larutan tersebut terbentuk dua lapisan dimana filtrate tersebut berwarna coklat. Kemudian diekstraksi dengan 25ml kloroform sebanyak 3 kali, campuran tersebut didestilasi sampai diperoleh larutan jenuhnya. Dimana campuran bagian bawah disimpan untuk proses destilasi dan larutan berwarna hijau , tahap terakhir disublimasi dengan cawan dimana akan terbentuk Kristal putih

IX. Pertanyaan Pasca Praktikum
1. pada percobaan ini, hasil islasi yang didapatkan hanya sedikit. mengapa hal ini bisa terjadi? padahal percobaan ini telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Pada praktikum yang telah dilakukan, hasil isolasi yang didapatkan hanya sedikit. mengapa hal itu bisa terjadi dan bagaimana cara menentukan kadar kafein?
3)    salah satu metabolit sekunder dari daun teh yang dapat diisolasi adalah kafein. dari serangkaian tahapan pada proses isolasinya penambahan larutan tertentu sangat diperlukan salah satunya adalah penambahan pelarut. apa fungsi dari penambahan pelarut tersebut?dan mengapa pada percibaan ini menggunakan pelarut klorofrom?
X. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kafein adalah suatu senyawa organic yang mempunyai nama lain 1,3,7-trimetilxantin yang mudah larut dalam air panas dan kloroform tetapi sedikit larut dalam air dingin, alcohol, dan beberapa pelarut organic lainnya.
2.      Fungsi kloroform adalah sebagai pelarut organic karena bersifat non polar sehingga dapat mengikat kafein
3.      Kafein dapat diperoleh dari bahan alam seperti the, kopi, coklat, atau koka dimana kafein dapat diperoleh dengan metode ekstraksi.

XI. Daftar Pustaka
Chairil. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud
Fulder, S. 2004. Khasiat Kopi. Jakarta: Prestasi Pustaka Publishar
Harbone,J,B. 1996. Metode Kurva Fito Kurva Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Edisi 4, Terjemahan Kokasih P dan Soediro L. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Novianty, Syah Fitri.2008. Pengaruh Berat dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein dari Bubuk Teh. Medan: Universitas Sumatera Utara
Tim Penuntun Kimia Organik 2.2015. Penuntun Kimia Organik 2.Jambi:Universitas Jambi

XII. Lampiran

Jurnal Praktikum Kimia Organik 2 :"Isolasi Senyawa p-Metoksi Sinamat dari Kencur (Kaemferiam galangal L)"

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN  8
ISOLASI SENYAWA p-METOKSI SINAMAT dari KENCUR
 (Kaemferiam galangal L)


                                     


DISUSUN OLEH :
WULAN SARI BAKARA(RSA1C117008)



DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL , M.Si








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

PERCOBAAN 8

I. Judul                  : Isolasi Senyawa p-Metoksi Sinamat dari Kencur (Kaemferiam galnga L)
II. Tujuan             : Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah :
1.      Dapat menguasai teknik-teknik isolasi bahan alam khususnya senyawa fenilpropanoid
2.      Dapat mengenal sifat-sifat kimia fenil propanol melalui reaksi-reaksi pengenalan yang spesifik

III. Landasan Teori
            Kencur adalah tanaman tropis yang banyak tumbuh dikebun, pekarangan rumah dan digunakan untuk bumbu dapur dan termasuk salah satu tanaman obat tradisional Indonesia. Senyawa kimia terkandung didalamnya adalah : etil p-metoksi sinamat,etil sinamat komponen yang utama, p-metoksistiren dll. Kadar etil p-metoksinamat dalam kencur cukup tinggi bisa mencapai 10% karena itu dengan mudah bisa di isolasi dari umbinya menggunakan pelarut petroleum atau etanol (Tim Kimia Organik II, 2015).           
  Rimpang kencur merupakan tanaman yang ternilai cukup fungsi sehingga banyak dibudidayakan dan digunakan sebagai bumbu makanan atau untuk pengobatan tradisional seperti jamu. Jika mengkonsumsi secara langsung rimpang kencur dapat mengobati sariawan. Dimana kandungan zat aktif berupa flavonoid, tannin, dan saponin dalam rimpang kencur memiliki sifat antijamur yang dapat memberikan efek sinersi terhadap pertumbuhan jamur (Rahmi, dkk. 2016).


Kaempferia galanga,Linn atau biasa disebut dengan kencur merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di berbagai daerah, kencur  banyak digunakan sebagai tanaman yang dipelihara atau juga bisa digunakan sebagai ramuan obat tradisional serta sebagai bumbu masakan, sehingga banyak petani yang membudidayakan tanaman kencur tersebut sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah yang besar. Tanaman kencur yang diperdagangkan adalah bagian buah akar yang tinggal didalam tanah atau rizoma.  Rimpang kencur yang terdapat dalam tanah  bergerombol dan bercabang-cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari bewarna coklat dan bagian dalam bewarna putih kekuning-kuningan yang memiliki kandungan air yang lebih banyak (Fessenden,1984).



Etil p-metoksisinamat (EPMS) merupakan salah satu senyawa dari hasil isolasi dari rimpang kencur, yang mana bahan dasarnya adalah senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan matahari. EPMS ini termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ektraksinya dpat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, methanol, air dan heksana. Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan yaitu kepolaran antara pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau yang hamper sama ( Nurlita,2004).

Salah satu reaksi yang mudah dilakukan dalam etil p-metoksisinamat yaitu menghidrolisisnya, dimana akan menghasilkan asam p-metoksi sinamat. NaOH yang ditambahakan pada hidrolisis etil p-metoksi sinamat yaitu akan terurai menjadi Na+ dan OH-. Dimana ion OHakan menyerang gugus C karbonil yang bermuatan positif dan menyebabkan kelebihan electron. Hal ini akan terjadinya pemutusan ikatan rangkap antara atom O adan atom C sehingga atom O akan membentuk ikatan rangkap lagi dengan atom C, kemudian atom C akan menstabilkan diri dengan melepaskan OC2H5. Maka hal ini akan menyebabkan terbentuknya p-metoksi sinamat (Afriantini,1990).


V. Alat dan Bahan

     5.1 Alat  

ü  Erlenmeyer 250ml
ü  Kertas saring
ü  KLT
ü  Penangas air
ü  Corong Buchner
ü  Labu bulat
ü  Corong biasa
ü  Evavorator
ü  Alat ukur TI

     5.2 Bahan
Ø  Kencur yang telah ditumbuk
Ø  Kloroform
Ø  Etanol
Ø  NaOH
Ø  Methanol
Ø  Asam sulfat klorida

VI. Prosedur Kerja
      Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a)      Isolasi Etil p-Metoksi Sinamat
o   Dimasukkan serbuk kencur kedalam Erlenmeyer 250ml
o   Direndam dengan 100ml klorofrom
o   Dihangatkan pada penangas air sambil digoyang-goyang
o   Dibiarkan selama setengah jam pada temperature kamar kemudian saring
o   Dipisahkan residu kencur dan ulangi perkolasi sekali lagi menggunakan pelarut dengan jumlah yang sama
o   Diperoleh filtrate kemudian digabung dan dipekatkan dibawah tekanan rendah (evavorator) sampai volume larutan kira-kira setengahnya
o   Didinginkan larutan pekat dalam air es, padatan yang terbentuk disaring dengan corong Buchner , filtrate dipekatkan sekali lagi dan padatan yang kedua setelah disaring digabung kemudian ditimbang
o   Dihitung rendemennya! Reksistalisasi dilakukan dalam klorofrom.kemudian diukur titik lelehnya dan bandingkan dengan literature (45-50ºC)
b)      Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
·         Dilarutkan sampelkristal hasil isolasi dalam petroleum eter menggunakan kapiler ditotolkan pada plat KLT ukuran 2x5 cm.
·         Digunakan etil p-metoksi sinamatdan asam p-metoksi sinamat standar sebagai pembanding pada jarak 0,5 cm dari bawah
·         Dimasukkan dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen kloroform , pengamatan bercak dilakukan dengan melihatnya dibawah lampu UV atau dimasukkan kedalam chamber iodium
·         Dihitung rf-nya dan dibandingkan dengan standar
c)      Pemeriksaan Spektroskopi Ultra Violet
Ø  Dilarutkan Kristal hasil isolasi dalam methanol
Ø  Dibuat spectrum ultra violetnya pada daerah panjang gelombang 200-300 nm
d)     Pemeriksaan Spektroskopi Infra Merah
ü  Dibuat pellet Kristal hasil isolasi dengan KBr kering
ü  Dibuat spectrum infra merahnya

Adapun video terkait percobaan ini adalah: 
VII. Pertanyaan Pasca

  1. Mengapa pada percobaan ini pada saan residu dipisahkan dilakukan perkolasi sebanyak dua kali?
  2.  setelah melakukan isolasi pada senyawa p-metoksi sinamat, dilakukan pemeriksaan terhadap senyawa tersebut, namun kitatidak lakukan. apakah pemeriksaan ini tidak terlalu diperlukan sehingga bisa tidak dilakukan? lalu bagaimana kita mengetahui bahwa kristal yang kita dapatkan benar-benar p-metoksi sinamat?
  3. . pada proses isolasi p-metoksi sinamat, dilalukan pemanasan, namun pada pemanasan ini suhunya tidak boleh lebih dari 60 derajat Celcius. mengapa demikian?